10/30/2015

Contoh Cerpen



Bukan Akhir Hanya Sesuatu yang kecil
Oleh : M Zainul Arifin


            Ingin berlari jauh meninggalkan semua, namun tak mampu berlari dari bayang – bayang masa lalu. Biarlah semua berjalan dengan apa adanya, meskipun harus semakin larut dalam harapan hampa. Mungkin itulah yang dirasakan Arif disore yang kelabu, menurutnya. Ketika Rena, wanita yang sangat dicintainya sudah merasa lelah bersamanya dan memustuskan untuk mengakhiri semua dengannya. Ya, Arif sadar memang ini semua salahnya. Salahnya yang selalu posesif dan egois. Tak dapat lagi bercanda dengannya melihat senyum indahnya setiap pagi sebagai penyemangat di kelas. Meskipun Arif sudah mencoba untuk memperbaiki semua dan mencoba untuk merubah semua sifat buruknya, dirasa tak mungkin akan berjalan indah seperti dulu lagi, masa indah dimana sepotong besi berkarat akan terasa bagikan permata yang selalu menghiasi hari – harinya. Kini Arif benar – benar sendiri melewati hari yang tak seperti biasanya.
            Beberapa hari berlalu, namun Arif masih belum bisa menerima kenyataan pahit yang dialaminya kini. Mungkin hari yang berlalu itu indah bagi sebagian orang, namun tidak untuk Arif saat itu.
            keep smile and stay cool” kata Arif,meskipun sebenarnya pahit untuk diucapkannya.
            Dulu hampir setiap hari kurang lebih pukul 04.00 handphonenya sudah berdering tanda orang tercintanya membangunkannya untuk segera melaksanakan ibadah sholat Subuh. Sekarang tidak ada lagi yang seperti itu inbox HP-nya pun sepi, hanya ada tulisan empty di dalamnya.
            Berangkat sekolah pukul 06.00 pagi mungkin suatu hal yang janggal bagi Arif yang biasanya lebih 45 menit dari hari itu. Menghindari pertemuan dengannya mungkin, yang biasanya berangkat bareng dan bertemu di tempat parkir, berjalan berdua menuju kelas masing – masing di XI IPA-5 dan XI IPA-8. Sesampainya di kelas, Arif pun duduk dan sejenak mengenang kembali masa – masa indah bersama wanita yang kini memilih jalan lain dan tak sependapat dengan pmikiran Arif.
            Kegiatan belajar mengajar berjalan seperti baiasanya, menyelesaikan tugas di kelas dengan meniru pekerjaan temannya, maju ke depan dan mengerjakan adalah pekerjaan sehari – hari bainya, hal yang biasa. Bel pulang sekolah berdering, lagu yang paling disukai murid – murid, termasuk Arif. Pergi pagi sekali pulang pun sore sekali, macam “kuli” katanya, enak kalau kuli dapat bayaran lha kalo dia sekolah malah disuruh bayar.
            Entah apa yang menghalangi langkahnya untuk kembali kerumah sore itu, sore yang biasanya dilewati bersama untuk saling melempar canda dan senyuman. Ia mengajak salah satu teman karibnya untuk sekedar menunggu tempat parkir agak lega, Yanto namanya.
            “Temenin bentar! males pulang sekarang” pinta Arif
            “Oke bro, oke emang kenapa ? masih takut sama masa lau ?” canda Yanto
            “Enggak gitu, bukannya takut atau gimana cuman gak berani aja” jawab Arif sambil nyengir
            “Yah itu mah sama aja” Tanggap Yanto sembari mendorong sedikit bahu temannya yang dirasa agak gila itu.
            Beberapa menit berlalu, langit terlihat sudah menyembunyikan sinarnya, namun Arif masih saja termenung.
            “Woy pulang gak ? udah sore nih” Tanya Yanto
            “Eh, iya iya sorry kelupaan kalo masih ada ente “ jawab Arif kaget
            Ketika berjalan menuju tempat parkir sekolahnya tiba – tiba terdengar suara yang entah dari mana datangnya.
            “Kak !”
Serentak muka Mereka berdua menoleh kearah sumber suara itu. Ternyata dari depan kelas XII IPA-5, seorang wanita sedang duduk santai melihat Arif dan Yanto. Riana, adik kelas mereka yang sudah cukup kenal dengan Arif meskipun hanya sebatas tau namanya saja.
            “Ada apa ?” ucap Yanto dengan Pdnya
            “Maaf Kak bukan kamu, Kakak yang satu itu maksudnya” jawab Riana pelan
            “Oh, kirain manggil aku tadi” sambil menunjukkan gusinya Yanto menjawab
            “Aku ? ada apa ?” kata Yanto
            “Em, begini Kak temen aku ada yang minta pin BB Kakak, noleh gak ?
            “BB yang ini dek ?” sambil mengeluarkan HP sorot model lama Arif menunjukkannya pada Riana
            “Eh maaf Kak, bukan maksud ngeledek, yasudah nomer HP nya saja kalo gitu!”
            “Hehe gapapa kok, emang temennya siapa ?”
            “Adalah Kak pokoknya”
Dengan banyak pertimbangan dan hitung – hitung untuk temen sms-an ya boleh lah. Setelah Arif memberi nomor HP nya.
“Trus kamu ngapain disini ? Kan udah sore, gak pulang ?” tanya Arif agak ragu
“Ya entar aja Kak, lagi nungguin temen juga didalem”
“Oh yaudah, pulang dulu ya!”
“Iya Kak!”
Malam harinya ketika Arif sedang tiduran di atas kasur empuknya, HP nya berbunyi tanda pesan baru masuk menghampiri inboxnya.
Isi pesannya hanya sebuah panggilan “Kak !” dari nomor belum disimpan di dalam kontaknya. Dengan agak takut dan sedikit senang Arif menggerakkan jarinya untuk membalas pesan singkat dari seseorang itu.
“Ini siapa ya ?”
“Ini Riana Kak !” balas pesan dari Arif
“Oh ini Riana yang tadi Sore ?”
“Iya kak, lagi apa ?”
Sejenak Arif bingung, dan berfikir. Katanya yang minta nomer HP nya tadi sore itu temennya kok malah dia yang sms duluan. Yasudahlah yang penting asik diajak bicara aja. Lama – kelamaan mereka tambah akrab dan dekat dengan hanya bermodal sms. Jam berlalu begitupun hari dan minggu tumbuh rasa peduli antara mereka yang dulunya hanya sebatas kenal, perlahan berubah sayang dan akhirnya menjadi tak ingin kehilangan. Hanya sebuah tatapan tajam dan senyum manis tergambar di wajah masing – masing pada kesan pertama keduanya, entah apa yang Arif pikirkan, seakan tak takut mengalami hal yang sama seperti dulu ,hanya sekitar sebulan kenal dan Arif sudah menyatakan untuk menjadikannya penda,[ping hidupnya yang baru, dengan menerjemahkan setiap kode yang diberikan Riana padanya. Meskipun sama – sama baru kenal mereka berdua bisa dibilang cocok dan cepat menyesuaikan satu dengan Yang lain. Apapun yang kita bisa berikan kepada orang lain meskipun kecil namun bila memberikannya dengan hati yang ikhlas dan penuh cinta kasih hal yang kecil itu akan berubah menjadi besar. Bagaikan setetes air yang menghidupi sejuta pohon kebahagiaan dalam hidup kita.

No comments:

Post a Comment