Bukan Akhir Hanya Sesuatu yang kecil
Oleh : M Zainul Arifin
Ingin berlari jauh
meninggalkan semua, namun tak mampu berlari dari bayang – bayang masa lalu.
Biarlah semua berjalan dengan apa adanya, meskipun harus semakin larut dalam
harapan hampa. Mungkin itulah yang dirasakan Arif disore yang kelabu,
menurutnya. Ketika Rena, wanita yang sangat dicintainya sudah merasa lelah
bersamanya dan memustuskan untuk mengakhiri semua dengannya. Ya, Arif sadar
memang ini semua salahnya. Salahnya yang selalu posesif dan egois. Tak dapat
lagi bercanda dengannya melihat senyum indahnya setiap pagi sebagai penyemangat
di kelas. Meskipun Arif sudah mencoba untuk memperbaiki semua dan mencoba untuk
merubah semua sifat buruknya, dirasa tak mungkin akan berjalan indah seperti
dulu lagi, masa indah dimana sepotong besi berkarat akan terasa bagikan permata
yang selalu menghiasi hari – harinya. Kini Arif benar – benar sendiri melewati
hari yang tak seperti biasanya.
Beberapa hari
berlalu, namun Arif masih belum bisa menerima kenyataan pahit yang dialaminya
kini. Mungkin hari yang berlalu itu indah bagi sebagian orang, namun tidak
untuk Arif saat itu.
“keep smile and
stay cool” kata Arif,meskipun sebenarnya pahit untuk diucapkannya.
Dulu hampir setiap
hari kurang lebih pukul 04.00 handphonenya sudah berdering tanda orang
tercintanya membangunkannya untuk segera melaksanakan ibadah sholat Subuh. Sekarang
tidak ada lagi yang seperti itu inbox HP-nya pun sepi, hanya ada tulisan
empty di dalamnya.
Berangkat sekolah
pukul 06.00 pagi mungkin suatu hal yang janggal bagi Arif yang biasanya lebih
45 menit dari hari itu. Menghindari pertemuan dengannya mungkin, yang biasanya
berangkat bareng dan bertemu di tempat parkir, berjalan berdua menuju kelas
masing – masing di XI IPA-5 dan XI IPA-8. Sesampainya di kelas, Arif pun duduk
dan sejenak mengenang kembali masa – masa indah bersama wanita yang kini
memilih jalan lain dan tak sependapat dengan pmikiran Arif.
Kegiatan belajar
mengajar berjalan seperti baiasanya, menyelesaikan tugas di kelas dengan meniru
pekerjaan temannya, maju ke depan dan mengerjakan adalah pekerjaan sehari –
hari bainya, hal yang biasa. Bel pulang sekolah berdering, lagu yang paling
disukai murid – murid, termasuk Arif. Pergi pagi sekali pulang pun sore sekali,
macam “kuli” katanya, enak kalau kuli dapat bayaran lha kalo dia sekolah malah
disuruh bayar.
Entah apa yang
menghalangi langkahnya untuk kembali kerumah sore itu, sore yang biasanya
dilewati bersama untuk saling melempar canda dan senyuman. Ia mengajak salah
satu teman karibnya untuk sekedar menunggu tempat parkir agak lega, Yanto
namanya.
“Temenin bentar!
males pulang sekarang” pinta Arif
“Oke bro, oke
emang kenapa ? masih takut sama masa lau ?” canda Yanto
“Enggak gitu,
bukannya takut atau gimana cuman gak berani aja” jawab Arif sambil nyengir
“Yah itu mah sama
aja” Tanggap Yanto sembari mendorong sedikit bahu temannya yang dirasa agak
gila itu.
Beberapa menit
berlalu, langit terlihat sudah menyembunyikan sinarnya, namun Arif masih saja
termenung.
“Woy pulang gak ?
udah sore nih” Tanya Yanto
“Eh, iya iya sorry
kelupaan kalo masih ada ente “ jawab Arif kaget
Ketika berjalan
menuju tempat parkir sekolahnya tiba – tiba terdengar suara yang entah dari
mana datangnya.
“Kak !”
Serentak muka Mereka berdua menoleh kearah sumber suara itu. Ternyata
dari depan kelas XII IPA-5, seorang wanita sedang duduk santai melihat Arif dan
Yanto. Riana, adik kelas mereka yang sudah cukup kenal dengan Arif meskipun
hanya sebatas tau namanya saja.
“Ada apa ?” ucap
Yanto dengan Pdnya
“Maaf Kak bukan
kamu, Kakak yang satu itu maksudnya” jawab Riana pelan
“Oh, kirain
manggil aku tadi” sambil menunjukkan gusinya Yanto menjawab
“Aku ? ada apa ?”
kata Yanto
“Em, begini Kak
temen aku ada yang minta pin BB Kakak, noleh gak ?
“BB yang ini dek ?”
sambil mengeluarkan HP sorot model lama Arif menunjukkannya pada Riana
“Eh maaf Kak,
bukan maksud ngeledek, yasudah nomer HP nya saja kalo gitu!”
“Hehe gapapa kok,
emang temennya siapa ?”
“Adalah Kak
pokoknya”
Dengan banyak pertimbangan dan hitung – hitung untuk temen sms-an
ya boleh lah. Setelah Arif memberi nomor HP nya.
“Trus kamu ngapain disini ? Kan udah sore, gak pulang ?” tanya Arif
agak ragu
“Ya entar aja Kak, lagi nungguin temen juga didalem”
“Oh yaudah, pulang dulu ya!”
“Iya Kak!”
Malam harinya ketika Arif sedang tiduran di atas kasur empuknya, HP
nya berbunyi tanda pesan baru masuk menghampiri inboxnya.
Isi pesannya hanya sebuah panggilan “Kak !” dari
nomor belum disimpan di dalam kontaknya. Dengan agak takut dan sedikit senang
Arif menggerakkan jarinya untuk membalas pesan singkat dari seseorang itu.
“Ini siapa ya ?”
“Ini Riana Kak !” balas pesan dari Arif
“Oh ini Riana yang tadi Sore ?”
“Iya kak, lagi apa ?”
Sejenak Arif bingung, dan berfikir. Katanya yang minta nomer HP nya
tadi sore itu temennya kok malah dia yang sms duluan. Yasudahlah yang penting
asik diajak bicara aja. Lama – kelamaan mereka tambah akrab dan dekat dengan
hanya bermodal sms. Jam berlalu begitupun hari dan minggu tumbuh rasa peduli
antara mereka yang dulunya hanya sebatas kenal, perlahan berubah sayang dan
akhirnya menjadi tak ingin kehilangan. Hanya sebuah tatapan tajam dan senyum
manis tergambar di wajah masing – masing pada kesan pertama keduanya, entah apa
yang Arif pikirkan, seakan tak takut mengalami hal yang sama seperti dulu ,hanya
sekitar sebulan kenal dan Arif sudah menyatakan untuk menjadikannya penda,[ping
hidupnya yang baru, dengan menerjemahkan setiap kode yang diberikan Riana
padanya. Meskipun sama – sama baru kenal mereka berdua bisa dibilang cocok dan
cepat menyesuaikan satu dengan Yang lain. Apapun yang kita bisa berikan kepada
orang lain meskipun kecil namun bila memberikannya dengan hati yang ikhlas dan
penuh cinta kasih hal yang kecil itu akan berubah menjadi besar. Bagaikan setetes
air yang menghidupi sejuta pohon kebahagiaan dalam hidup kita.
No comments:
Post a Comment